Jambiekspose.com (Jambi)- Perempuan adalah sumberdaya manusia yang jumlahnya besar dan memiliki potensi yang tinggi dalam kaitannya sebagai subyek dan obyek pembangunan. Tercatat berdasarkan data sensus penduduk 2010 jumlah perempuan Indonesia mencapai 118.010.413 jiwa atau 49,6 persen dari total penduduk. Sayangnya jumlah yang besar tersebut tidak dibarengi dengan kualitas perempuan yang tinggi pula. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalan- ketertinggalan perempuan terhadap laki-laki baik di sektor pendidikan, pekerjaan, pendapatan, maupun sektor lainnya.
Berdasarkan laporan pencapaian MDGs pada 2011 menggambarkan bagaimana perempuan masih tertinggal dari laki-laki sehingga mencerminkan pembangunan berbasis gender belum tercapai secara penuh. Tercatat dari segi pendidikan, rasio APM dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki belum mencapai target 100 persen. Dari sektor ketenagakerjaan kontribusi perempuan dalam sektor upahan di sektor non pertanian baru mencapai 36,6 persen. Sedangkan dilihat dari segi pemberdayaan, proporsi perempuan yang berada di parlemen baru mencapai angka 18,4 persen (Bappenas, 2011). Segala ketertinggalan tersebut menggambarkan bahwa perempuan masih belum berdaya.
Sebagai bagian terbesar dari sumberdaya manusia, perempuan memiliki peran strategis dalam kehidupan. Peran penting tersebut tercermin dalam segala aspek kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat bahkan negara. Untuk itulah, untuk memaksimalkan peran yang begitu besar perempuan harus memiliki kulitas yang dapat diandalkan. Kualitas manusia, baik laki-laki atau perempuan, dapat dikatakan tinggi jika memiliki pilihan-pilihan hidup yang lebih baik. Pilihan-pilihan tersebut meliputi pendidikan dan ketrampilan yang tinggi, tingkat kesehatan yang tinggi dan pendapatan yang tinggi pula.
Kemampuan perempuan untuk menikmati dan berperan aktif dalam pembangunan masih terkendala dan masih menjadi masalah utama dalam pembangunan. Ketertinggalan peran perempuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan lainnya terlihat dengan jelas oleh data-data statistik yang menggambarkan partisipasi perempuan masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pembangunan perempuan harus dilakukan dengan tepat sasaran. Pembangunan yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan dan didukung oleh data yang akurat sehingga indikator-indikator pembangunan perempuan yang masih rendah dapat digenjot untuk mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan alasan tersebut maka dibutuhkan analisis trend perkembangan pembangunan berbasis gender. Analisis trends merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang dengan melihat kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Untuk itu maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi terhadap perubahan tersebut.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks yang dapat menggambarkan pembangunan manusia berbasis gender. Dengan menggunakan indeks ini akan dapat dilihat seberapa besar pencapaian pembangunan gender di Indonesia berdasarkan pencapaian perempuan dalam mengakses kemampuan dasar dan melihat tingkat keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang politik dan ekonomi.
Penulis: Rizky Widiyanti Azkua Jaya Saputri
Mahasiswa Ilmu Politik, UNJA