Jambi – – Jambiekspose. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.
Hal ini ditandai dengan dibukanya secara resmi oleh Direktur KLHK bidang Mitigasi perubahan iklim, Ema Rahmawati Kamis(12/10) Hotel Swiss Bell.
Turut mendampingi Kadishut Provinsi Jambi, Irmansyah Rahman, Wahyu Widodo Kabid Inforamasi sumber daya hutan Dishut Provinsi Jambi serta peserta dari Akademisi Perguruan Tinggi Jambi.
Dikatakan Ema Rahmawati, pertemuan ini merupakan dari tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya serta untuk mendapatkan suatu kesimpulan bisa disampaikan kepada pemerintah pusat dan daerah.
“bahwa gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia merupakan penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak dan lain-lain,”jelasnya.
Seperti pada bidang pertanian, saat petani menambah pupuk penyubur nitrogen ke dalam tanah, beberapa dari nitrogen tersebut berubah menjadi Nitro Oksida (N2O) – gas rumah kaca yang sangat kuat. Sapi menciptakan gas methan saat rumput mengalami peragian di perut mereka. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer, sehingga sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi.
Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global. Beberapa dampak dari perubahan iklim diantaranya : curah hujan yang tidak merata, pergeseran musim, gangguan cuaca, gangguan siklon tropis, badai, puting beliung.
“menurut data dari dinas kehutanan Provinsi Jambi bahwa hutan Provinsi Jambi saat ini ada sebanyak 40 persen, berarti hutannya masih terjaga, “imbuhnya.
Untuk menghadapi akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim, berikut ini beberapa contoh adaptasi khususnya dalam bidang pertanian : aplikasi tanaman berakar lebat dan dalam, berdaun lebat sehingga dapat menyerap CO2 yang lebih banyak, akarnya lebih banyak menyimpan karbon pada lapisan tanah yang lebih dalam. Selain itu, kita juga dapat mengembangkan sistem tumpeng sari, system agroforestry, biochar, penampungan air hujan untuk berbagai kebutuhan, raised bed (menghindari genangan air akibat curah hujan yang berlebihan). Mengembangkan System Rice Intensification (SRI), merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, Selain itu dengan menerapkan Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian.
Intinya bagi masyarakat disekitar kawasan hutan dapat menjaga akan ekosistem serta juga melestarikan pada perlindungan hutan.
Sementara itu ditambahkan oleh Irmansyah Rachman, Rakor tindak lanjut mission biocarbon fund initiative for Sustainable forest landscape (bioCFISF), atas kelangsungan hidup kawasan hutan.
Dinas Kehutanan Provinsi Jambi telah berdiri Sekretariat Bersama Pengelolaan Sumber Daya Hutan (Sekber PSDH) secara resmi telah di ditetapkan melalui SK Nomor 96/Kota/Dishut-5.3/IV/2017 tertanggal 3 April 2017.
” Sekber PSDH Provinsi Jambi lahir sebagai terobosan baru yg dilakukan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi dalam mempercepat pencapaian visi Jambi Tuntas di sektor Kehutanan yaitu Masyarakat Sejahtera Hutan Lestari, “jelasnya.
Meskipun Indeks Tata Kelola Hutan Jambi saat ini menempati posisi kedua secara nasional, tapi kami menyadari bahwa tantangan dalam pengelolaan kawasan hutan provinsi Jambi masih sangat besar. Kami masih membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk lebih meningkatkan lagi indeks tata kelola hutan kita dimasa mendatang.
Bagi masyarakat disekitar kawasan hutan harus mengetahui bahwa pemerintah daerah Provinsi Jambi telah mengeluarkan Perda mengenai larangan untuk membakar hutan dan lahan.
Penulis :Inro
Editor : k20