JambiEkspose.com(Muaro Jambi) – Polsek Sungai Gelam berhasil menangkap dua pelaku pencurian buah kelapa sawit siap panen pada Rabu, 30 Oktober 2024. Kasus ini bukan hanya menambah catatan kriminalitas di daerah, tetapi juga menggugah keprihatinan mendalam di tengah masyarakat. Kedua pelaku, AM (26) dan kakaknya SD (35), terpaksa melakukan pencurian ini karena alasan ekonomi, bahkan ironisnya, demi mempersiapkan ulang tahun anak mereka. Kamis, 31 Oktober 2024.
Dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (31/10/2024), Kapolsek Sungai Gelam Iptu Usaha Sitepu, S.E., didampingi Kanit Reskrim Ipda Ardianas, menyampaikan bahwa aksi pencurian ini sangat meresahkan masyarakat setempat, terutama para pemilik perkebunan yang menjadi korban. Penangkapan berlangsung di Desa Sungai Gelam setelah adanya laporan dari masyarakat. Barang bukti berupa 50 tandan buah sawit, satu unit mobil, dan dua alat pencungkil sawit berhasil diamankan.
Namun di balik fakta hukum yang ada, muncul keprihatinan besar mengenai alasan pelaku terpaksa melakukan tindakan tersebut. Fenomena ini menarik perhatian Sekjen Aliansi Wartawan Siber Indonesia (AWaSI) Jambi, Andrew Sihite, yang memberikan pernyataan tegas menanggapi kondisi yang semakin ironis di negeri ini.
“Apa yang Salah dengan Negara Kita?”
Andrew Sihite, Sekjen AWaSI Jambi, mengungkapkan rasa prihatin mendalam dalam menanggapi kasus ini. Menurutnya, kasus pencurian buah sawit yang melibatkan dua warga desa bukan hanya masalah hukum, tetapi juga cerminan dari kondisi ekonomi masyarakat yang kian tertekan. Dalam pernyataannya, Andrew mengungkapkan:
“Ironis, di negeri yang kaya akan sumber daya alam, ada masyarakat kita yang harus mencuri untuk bertahan hidup, bahkan demi sesuatu yang sederhana seperti perayaan ulang tahun anak. Apa yang salah dengan negara kita ini? Kenapa sumber daya alam yang melimpah tak cukup untuk menyejahterakan masyarakat di sekitar perkebunan?”
Andrew juga menyoroti bahwa kasus ini bukanlah yang pertama. “Ini sering terjadi, bahkan menjadi fenomena yang miris. Negeri ini kaya akan hasil alam, tetapi masyarakat sekitar perkebunan sering kali hidup di bawah tekanan ekonomi. Seharusnya, distribusi kekayaan lebih adil dan dapat dirasakan oleh semua,” tambahnya.
Ironi Negeri Kaya Sumber Daya, Masyarakat Tak Sejahtera
Indonesia adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, yang berperan besar dalam ekonomi nasional. Namun, ironisnya, warga yang hidup di sekitar perkebunan kerap terpinggirkan, dan sebagian besar bekerja dengan upah minim. Meskipun sawit memberikan keuntungan besar bagi perusahaan besar dan negara, kemakmuran tersebut belum sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat di sekitar perkebunan, yang justru terjebak dalam kesulitan ekonomi.
Menurut Andrew, ketimpangan sosial-ekonomi ini mengancam integritas sosial di daerah-daerah yang kaya akan sumber daya. “Negara harusnya hadir untuk melindungi, bukan hanya menjaga kekayaan alamnya, tetapi juga menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Jika tidak, tindakan kriminal semacam ini akan terus berulang,” kata Andrew.
Panggilan untuk Pembenahan Ekonomi Pedesaan
Kasus ini memunculkan seruan akan perlunya reformasi ekonomi yang lebih adil dan merata. Andrew menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan nasib pekerja lokal dan masyarakat sekitar yang hidup dari perkebunan, bukan hanya memusatkan keuntungan pada pihak tertentu. Pendekatan yang lebih inklusif dengan memberikan kesempatan kerja yang layak, akses pendidikan, dan program pelatihan bagi warga sekitar perkebunan akan mengurangi tindakan kriminal akibat keterpaksaan ekonomi.
“Masyarakat kita butuh solusi, bukan hanya penangkapan pelaku. Mereka harus merasa ada yang memperjuangkan hak mereka untuk hidup sejahtera di tanah kelahiran mereka sendiri,” kata Andrew. Ia pun berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian yang lebih serius pada pembangunan ekonomi di wilayah pedesaan yang memiliki sumber daya alam melimpah.
Penutup
Kasus pencurian buah kelapa sawit di Sungai Gelam ini seharusnya menjadi refleksi bagi seluruh pihak. Negeri yang kaya sumber daya alam seharusnya tidak membuat warganya terpaksa memilih jalan pintas hanya demi bertahan hidup. Andrew Sihite dan AWaSI Jambi menyerukan agar kasus ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang hukum, tetapi juga sebagai cermin dari kondisi sosial-ekonomi yang memerlukan solusi nyata. Tanpa adanya perubahan nyata, kasus serupa akan terus terjadi, dan kesejahteraan yang dijanjikan akan tetap menjadi angan-angan bagi sebagian besar rakyat di negeri yang kaya raya ini.
Kontak Pers :
Penulis : Kang Maman – Andrew Sihite
Jabatan : Jurnalis Muda